KIBLATKU.COM – Direktur Jenderal Pendidikan Islam M Ali Ramdhani mengukuhkan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo Siti Maryam Yusuf sebagai Guru Besar dalam Bidang Sosiologi Agama. Pengukuhan ini berlangsung di Graha Watoe Dhakon, Kampus IAIN Ponorogo. Dengan pengukuhannya ini, Siti Maryam Yusuf menjadi guru besar perempuan pertama di IAIN Ponorogo.
Dalam pengukuhan tersebut, M Ali Ramdhani berharap para guru besar pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dengan kemampuan intelektual yang dimilikinya dapat membangun perubahan sosial dan memberikan solusi atas permasalahan yang muncul di masyarakat.
“Hari ini saya menagih pada intelektual seperti Ibu Maryam segera ketuk tularkan bagaimana kita membangun sebuah perubahan sosial yang terjadi sejatinya menjadi sebuah keniscayaan pada hari ini terkawal dengan baik pada ruang-ruang keagamaan,” ungkapnya seperti dilansir KIBLATKU.com dari kemenag.go.id Senin (1/2).
“Saya menginginkan melalui hadirnya seorang guru besar bidang sosiologi agama mampu mengantarkan secara teoritikal maupun praktikal, Bagaimana kemudian kita menyapa dunia secara lebih baik, secara terarah dan memiliki ruang-ruang kebermaknaan,” tutur Dhani.
Masih menurut Dhani, ucapan seorang guru besar adalah ilmu, tindakannya adalah teladan. Bahwa perolehan guru besar bukan proses berhentinya belajar. Eksistensi manusia sesungguhnya terletak pada sebuah proses pembelajaran. Berhentinya proses belajar adalah kematian hakiki bagi seorang insan intelektual. “Sesuatu hal yang paling statis di masa depan adalah dinamika.Sesuatu hal yang pasti di masa depan adalah ketidakpastian, dan sesuatu hal yang tetap di masa depan adalah perubahan,” terang Dhani.
Sementara Siti Maryam Yusuf dalam orasi ilmiahnya menyampaikan bahwa Agama sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Agama sebagai suatu keyakinan yang dianut oleh seseorang yang berpengaruh terhadap motivasi, sistem nilai maupun pedoman hidup adalah melalui para tokoh agama.
“Bagaimana proses interaksi dalan tarekat naqsabandiyah, Khalidiyah dalam melakukan suluk atau khalwat dengan menyendiri banyak berzikir kepada Allah dengan konsentrasi sehingga membuat kepuasan diri dan semangat untuk malakukan tugas urusan dunia,” tuturnya.[]